hello hello hello =)

Selamat datang di blog pribadi saya- nikmati apa yang ada, dan tunjukkan pada dunia, kamu dan saya bisa tersenyum untuk hidup ini =)

Tayangan halaman minggu lalu

Yakinkah bahwa blog ini asli dibuat oleh seorang pelajar amatir?

Pengikut

Rabu, 16 Maret 2011

cerpen- "AKTOR, SETIA, ATAU DILEMA?"

AKTOR, SETIA, atau DILEMA ?
By : M. P. Regina 8E/15

Mungkin pada awalnya, jika aku ditanya akan setia atau tidak pada Bella, aku akan langsung mengiyakan. Bella cantik, sangat cantik. Rambutnya panjang, tebal, dan masih hitam alami. Tubuhnya tinggi langsing, kulitnya putih bersih. Matanya coklat tua, alisnya melengkung sempurna dan hidungnya mancung. Nggak diragukan lagi berapa banyak anak cowok yang berharap ada di posisiku. Dia juga pintar, otaknya yang encer cukup mendukung untuk menempatkan namanya ada di deretan teratas daftar ranking parallel sekolah. Dia juga dikenal sebagai pribadi yang ramah, rendah hati dan entengan. Yang jelas dia sempurna. Cukup lama waktu yang aku butuhkan untuk sadar akulah yang dipilihnya.
Tapi kenapa kini aku merasa ragu. Aku tidak pernah meragukan cinta Bella padaku , tapi aku meragukan diriku sendiri yang plinplan. Terutama setelah hadirnya sang Cleopatra, maksudku cewek lain yang benar-benar membuatku berpaling dari Bella. Dia, Shana.
Shana yang anggota cheers SMA 52 itu entah kenapa tiba-tiba dekat padaku. Dia pernah mengatakan menyukaiku, tapi aku belum bisa memutuskan untuk menerima cintanya tau tidak. Di dalam hatiku yang paling dalam, aku masih menyayangi Bella. Tapi, di sisi lain, pesona Shana membuat aku klepek-klepek, nggak kuat buat nolak. Jadilah aku menerimanya. Menjadikan ia cadangan Bella.
Aku tahu aku salah. Tapi aku takut menyakiti keduanya. Dan sampai sekarang aku belum berani untuk mengungkapkan yang sejujurnya pada Bella, juga pada Shana. Padahal hubunganku dengan Shana sudah berjalan sekitar 1,5 bulan. Mungkin sebaiknya aku begini dulu, jika saatnya tiba, aku akan memilih. Atau takdir yang memilihku.
Drrrtt..drrrttt..
From : BellaLaa
”Beyy , kamu bisa jemput aku sekarang? Aku mau les piano nih , papah gbs anter. Plisss ...:)”
Dilema lagi. Aku menjambak rambut cepakku. Sore ini aku udah janjian dengan Shana untuk menungguinya latihan cheers. Tapi jika tidak mengantar Bella, dia pasti akan mulai curiga. Karena setiap aku menolak permintaanya pasti alasannya sedang latihan futsal, atau les gitar atau yang lain. Kurang variasi. Dan jika aku meninggalkan Shana untuk menjemput Bella, kebohongan apa lagi yang harus aku katakan?
Tiba-tiba handphone-ku berdering. Supermassive Black Hole-nya Muse, menggema di sekelilingku. Buru-buru aku membaca nama yang tertera di layar. Dari BellaLaa. Tanganku gemetaran, dilema lagi. Angkat , biarin ato reject aja ya ? Kali ini aku benar-benar merasakan susahnya punya pacar 2. 1 aja susah, apalagi dobel gitu?

^^^^^^^^
Tidak biasanya aku bisa menebak apa yang bakal terjadi di masa depan. Tapi kali ini, dalam kasus ’main hati’ku ini, aku bisa menebak kelanjutan ceritanya. Ya, aku sudah memilih satu. Dan pilihanku jatuh pada Shana. Tolong jangan tanya kenapa, karena aku benar-benar nggak tahu jawabannya. Aku Cuma mengandalkan perasaan, dan yang aku rasain sekarang, aku lebih sayang sama Shana daripada Bella. Aku tahu ini salah. Bella udah begitu setianya menjaga perasaannya sama aku, tapi aku begitu mudah mengkhianatinya. Ini emang nggak adil, tapi aku nggak mau lebih lama lagi menyakiti Bella.
Oleh sebab itu, sore ini jadwal aku adalah : jujur sama Bella. Aku bergidik mendengar 3 kata itu. Jujur sama Bella..jujur sama Bella.. Atau menyakiti Bella.. Tidak, apa benar hanya itu pilihannya? Dilema lagi.
Lamunanku terputus ketika aku mendengar adzan maghrib menggema, baik dari televisi maupun dari masjid dekat rumah. Malam belum terlalu gelap. Tapi kenapa hati ini rasanya gelap banget? Bella, apa aku salah? Apa aku salah, telah mencampakkanmu sekeji ini? Ya Tuhan, kenapa dengan diriku ini? Hanya satu yang aku tahu, aku masih mencintai Bella. Dan satu yang aku putuskan saat ini, aku akan meninggalkan orang yang aku cintai.
^^^^^^^^^
Bella terlihat bingung, atau mungkin senang ketika mendengar aku mengajaknya ke kafe sepulang sekolah. Karena dia tahu, aku tidak pernah perhatian. Aku hanya menatapnya sedih ketika ia jelas-jelas menunjukkan raut muka senang sekaligus bersemangat. Dia saja tidak tahu apa yang akan terjadi sepulang dari kafe. Nanti.
Perjalanan menuju kafe terasa begitu cepat. Padahal aku ingin sekali memperlambat saat-saat terakhirku dengan Bella. Bella masih terlihat riang. Dan aku masih kusut.
Aku menarik kursi meja kafe dan mempersilahkan Bella duduk, lalu aku duduk di kursiku sendiri. Bella masih sibuk memesan menu dan berceloteh riang, sedangkan aku masih bingung memikirkan kata-kata yang tepat ketika aku harus memutuskan hubunganku dengan Bella.
”...Seth..”
”...Seth..”
”...SETH , KAMU DENGER AKU NGOMONG NGGAK SIH?”seru Bella sambil menarik lenganku. Aku kaget, dan dia kelihatan kesal.
”..nggak .. eh, iya”jawabku tolol.
Bella merengut. ”Sebenernya apa yang lagi kamu pikirin Seth?”
Aku merasakan tekanan dilema itu menyebar lagi di sekelilingku. Sejenak aku menyuap sesendok nasi goreng ke mulutku, mencoba menikmatinya. Tapi rasanya pahit. Tapi, sekaranglah waktunya..sekaranglah saat yang tepat.
”Sebenernya...”ucapanku terputus ketika aku melihat 2 orang masuk dalam kafe, kelihatannya sepasang kekasih juga. Tapi aku tak asing dengan cewek itu...itu SHANA. Sedang apa dia di sini? Siapa cowok yang merangkulnya itu? Apa itu..pacar Shana selain aku? Beribu macam pertanyaan melintas di otakku. Aku terpaku. Dan tiba-tiba Shana pun menangkap sosokku, menatap mataku. Ia pun juga terpaku. Ada sedikit kepanikan terbersit di matanya. Matanya terlihat bingung saat melihat Bella. Tapi karena melihatku bersikap santai, ia pun tetap bersikap normal.
”Sebenarnya apa?”desak Bella.
Aku jadi teringat bahwa masih ada Bella di hadapanku. ”..engg.. Kayaknya, aku sakit Bell” Akting yang sempurna untuk menutupi muka -mendadak pucat- dan kepanikanku.
”Ya Tuhan, kita pulang aja yuk Bey, kamu ntar tambah parah” Bella terlihat cemas seperti biasa. Aku membalas dengan anggukan lemah. Kami berdua pun berdiri dan berjalan keluar diiringi tatapan menusuk dari sepasang mata, dan aku yakin itu mata Shana.
^^^^^^^^^^^
Aktor. Tepat sekali kedengarannya sebuah profesi itu buatku. Dan Aktris, buat Shana. Aku kesal, namun aku juga pingin ketawa.
Dan akhir ceritanya, tebakanku salah lagi. Yang awalnya aku menebak(dan sebelumnya aku yakin sekali tebakanku ini benar) bahwa aku akan menyakiti Bella dengan meninggalkannya, tapi kenyataannya tingkahkulah yang menghancurkanku sendiri. Aku hanya bisa mengacak-acak rambutku sembari memandangi wajah Bella yang tertidur pulas di jok taksi sebelahku. Wajahnya masih innocent seperti biasa.
Pikiranku melayang pada 3 jam tempo. Saat aku dan Shana menertawakan tingkah kami berdua.
”Jadi siapa cowok itu?”tanyaku parau.
”Dia Ruben, mantanku. Tapi udah 2 minggu ini, aku balikan lagi ma dia Seth. Dann.. cewek itu? Selingkuhan kamu juga?”ujar Shana sambil tertawa.
”Kamu yang selingkuhan aku”jawabku singkat. Dan tegang.
Raut wajah Shana berubah, namun ia kembali tertawa. ”Jadi maksud kamu, aku cadangan kamu ya?”
”Sorry, tapi emang gitu. Tapi, kamu harus tau, tadi sore aku berniat mutusin dia, tapi gajadi waktu aku liat kamu sama..siapa tadi? Ruben?”
Shana ngakak lagi. ”Jadi, dengan kata lain, aku Malaikat Penyelamat walau aku pihak ketiga hubungan kalian yang nyaris hancur ya?” Shana menggeleng-gelengkan kepalanya.
”Ya, begitulah. Dan, Shana, apa kamu nggak keberatan kita... putus?”
”Ga keberatan sama sekali. Padahal, aku juga mau bilang ini sama kamu udah lama. Aku masih terlalu sayang sama Ruben. Dan aku yakin, dari cara kamu mandang dia dan dia mandang kamu, kalian juga masih saling sayang”
”Hahahaha .. kita aneh plus lucu banget ya? Berarti kita impas?”
”Ya. Dan, kita akan mengakhiri segala sandiwara aktor dan aktris terbaik sepanjang masa”sahut Shana. Dan kamipun tertawa bebarengan.
”Seth..”gumaman tidak jelas terdengar dari mulut Bella. Ia mengigau.
Aku hanya tersenyum sambil membelai rambutnya.
Aku nggak tahu apa lagi yang bakal terjadi setelah ini. Mungkin aku akan menceritakan kisah terlarang-ku dengan Shana pada Bella, nanti. Jika waktunya sudah benar-benar tepat.
Aku tertawa dalam hati melihat gadis di sebelahku kembali mengigau. Dalam hati, dengan berakhirnya hubunganku dengan Shana, berarti berakhir juga segala dilema dalam otakku saat ini. Lucu juga, aku yang begitu pintar berakting, begitu lelah tersiksa oleh segala macam rupa berbentuk dilema. Tapi yang aku tahu, aku berjanji pada diriku sendiri untuk selalu menjaga gadis di sebelahku ini. Aku janji akan selalu menyayanginya, akan selalu menjaganya. Mungkin tidak kepadanya aku akan berjanji, tapi kepada diriku sendiri. Dan satu lagi yang aku tahu, dia yang terbaik. Yang terbaik dari semua yang telah aku miliki, yang membuatku merasa she’s the one. Dia, Bella.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar