hello hello hello =)

Selamat datang di blog pribadi saya- nikmati apa yang ada, dan tunjukkan pada dunia, kamu dan saya bisa tersenyum untuk hidup ini =)

Tayangan halaman minggu lalu

Yakinkah bahwa blog ini asli dibuat oleh seorang pelajar amatir?

Pengikut

Rabu, 16 Maret 2011

cerpen- PERSEUS FREDDIEEE"

PERSEUS FREDDIEE!!
Oleh: Marieta Puspa Regina IXA/19

Namaku Giandra Parker. Gi. Tapi aku lebih tenar dengan sebutan Geek(culun). Awalnya aku enggak peduli. Tapi aku juga cuman cewek 15 tahun biasa, risih juga dipanggil begitu. Apalagi ketika mereka mem’publikasikan’ nama itu di depan Fred, yang tidak berbasa-basi lagi langsung dengan sukarela menggunakan nama itu. Fred, Perseus Freddie Mickelson, kakak kelasku dan sekaligus cinta pertamaku :O. Aku kalang kabut, karena merasa begitu direndahkan oleh sebutan itu.
Mungkin memang dari fisikku, ’culun’ sangat tepat untuk menggambarkannya. Tubuh tinggi tidak berisi, behel yang kata orang sedang trend itu memenuhi mulutku. Entah kenapa, remaja cewek zaman sekarang sibuk menyusahkan dirinya sendiri. Lalu tidak ketinggalan kacamata phrame putih dengan tebal 0,5 cm ’nangkring’ di atas hidungku yang tidak begitu mancung. Dandananku itu-itu aja, karena memang aku tidak suka merepotkan diri sendiri. Sepatuku cuma 1, tapi itu kets favoritku. Kalau ada penilaian ’up to date’ nya seorang cewek dari nilai 1-9, mungkin mereka hanya menilaiku 1,5.
Sebetapa tidak normalnya aku, tapi aku masih ‘normal’ dengan menyukai Fred, yang notabene sama-sama tidak normalnya denganku. Fred yang sebenarnya cukup tampan itu gemar menggunakan riasan ‘black and white’ dan stylenya retro abis. Mulai dari koleksi jam dan kacamatanya yang katanya warisan kakek buyutnya, sampai vespa butut keluaran 1950-an yang selalu dia elu-elukan sebagai ‘Harley Davidson’nya. Dia juga gemar mengganti-ganti nama barangnya dengan nama perempuan. Contohnya, vespanya yang diberi nama Shanon. Gaya rambutnya pun, full of baheula style. Tidak diragukan lagi, dia lebih cocok hidup di zaman 1960-an daripada awal abad 21 ini. Tapi entah mengapa, segala keanehannya yang membuatku jatuh cinta.
Pagi itu Fred tiba di St. George RailwayStation dengan muka lusuh. Seperti biasa, murid St.Louis High School dari Manhattan Barat harus naik di salah satu gerbong khusus kereta api tua di stasiun ini. Rambut Fred begitu acak-acakan, mukanya ditekuk. Ingin aku menghampirinya, tapi rasa gengsi yang menguasaiku saat itu. Kulihat Mark dan Josh datang menghampirinya. Mereka berdua juga terbius oleh keanehan Fred. Aku sedikit memangkas jarak di antara kami, setidaknya aku ingin tahu apa yang terjadi.
“..jadi Shanon harus nginep di rumah Uncle Brad lagi? Wah..bisa gagal rencana kitaaaa…”ujar Josh yang sangat keibuan itu kecewa. Aku semakin serius menyimak.
“Ya, sialan si Andrew. Udah tau rusak kayak gini, dia masih tega ngerusakin lagi. Sungguh terlalu”timpal Mark.
“..ah, dia itu kan cuman ngiri nggak punya vespa keren kayak Shanon, Fred. Berdoa aja Shanon cepat sembuh”hibur Josh sambil menepuk-nepuk pundak Fred. Keseriusanku buyar ketika suara kereta api tua yang kami tunggu berteriak-teriak kencang dari kejauhan. Kami berangkat.

@@@@@@

Bangku cokelatku tiba-tiba ramai disesaki oleh anak-anak kelas. Mereka semua tertawa terbahak-bahak mengerubungi bangkuku. Setelah mengusir mereka semampuku, kutemukan sebuket mawar kuning dan kertas acak-acakan di sana. Keadaan kertas itu tidak jauh beda dengan tulisan cakar ayam yang merupakan isi dari kertas yang sepertinya surat itu. Kira-kira begini tulisannya:

Kutunggu kau di Manhattan Center Park, jam 8 malam. Dandanlah.
Perseus Fred
Aku berteriak histeris, namun tentu saja teriakanku tertelan teriakan mengerikan anak-anak sekelas. Mulai saat itu, hidupku tidak tenang lagi.

@@@@@@

”Jangan terlambat Geek, dandan yang cantik, bila tidak nanti Fred mengganti mawar itu dengan knalpot Shanonnya!”teriakan jahil bersahut-sahutan saat aku melintas kantin. Aku menggeram dan terus berjalan sambil memegangi kacamataku yang melorot.
Tapi, di ujung koridor kantin, Fred sepertinya sengaja menungguku di sana. Atau hanya perasaanku saja?
Ketika aku berjalan dan sudah dekat darinya, tiba-tiba ia berbalik badan dan menghadapku. ”Jangan lupa untuk datang nanti malam”sahutnya cepat lalu pergi.
Mataku mengikuti langkahnya. Sementara ’koor’ menyebalkan dari teman-teman semakin menjadi-jadi.
@@@@@@

Sudah pukul 7 malam ketika aku belum juga menemukan kostum yang tepat. Ya, aku memenuhi undangan Fred malam ini. Karena perintahnya adalah ”dandanlah” jadi aku menuruti saja. Lagipula, aku senang Fred mengundangku malam ini. Jadilah rok lipit dan blus merah marun milikku 2 tahun lalu kupakai.
Brit, kakakku terkejut melihat penampilanku tentunya. Tapi, perlahan tersenyum penuh arti dan mengiyakan permintaanku untuk mengantar hingga Manhattan Center Park.
Semua lancar, dan yang hanya jadi masalah adalah, Manhattan, kota bagian terpadat di New York City, bahkan terpadat di seluruh Amerika Serikat, tidak mau berkompromi dengan usahaku malam ini. Jalan begitu ramai, dan angin bertiup kencang. Style rambut ala Taylor Swift-ku hancur.
Manhattan Central Park tidak beda ramainya. Banyak muda-mudi di sana. Banyak keluarga-keluarga yang menghabiskan malam musim semi ini di taman serbaguna yang rindang itu. Betapa bodohnya Fred bila ia memilih tempat ini untuk...kami? Kukira aku salah tujuan, ketika sudah hampir 15 menit aku berjalan mencari-cari Fred. Tapi Fred duduk di bawah pohon dengan santainya.
”Fred...”
Fred mendongak. ”Kukira kau tidak jadi datang malam ini”ujarnya sambil menengok jam tangan jadulnya. Lalu ia melayangkan senyum manisnya yang tepat menohok hatiku. Ya Tuhan, dia manis sekali, pikirku sinting.
”Ya, maaf aku..terlambat. Jalan ramai..dan angin kencang”jawabku terbata sambil melirik rambutku. Benci aku melihatnya.
”Tak apa, sini duduk”ajak Fred menyilakan aku duduk di sebelahnya. Sesaat aku bingung, Fred duduk di rumput. Apa aku akan tega membiarkan rokku satu-satunya kotor? Terkutuklah kau, Fred!
Fred cuman tertawa kecil melihatku kerepotan memegangi rok lipitku. ”Ini punya siapa?”matanya menunjuk pada kostumku.
”Punyaku..memang punya siapa lagi?”
”Bagus. Kau tahu, rok ini persis seperti yang dipunyai oleh Josh. Hahahaha..” Akupun ikut tertawa. Ya, Josh, cowok cantik itu memang kadang mencuri lusinan rok milik kakak perempuannya.
Selesai tertawa, raut muka Fred kembali serius. ”Gi, coba lihat mereka”jari telunjuk Fred menunjuk ke arah 2 balita, perempuan dan laki-laki. Mereka terlihat sedang berkelahi. Jambak-jambakan bahkan saling melayangkan tinju. Aku hendak bangkit untuk melerai anak itu, tapi ditahan oleh Fred.
”Biarkan saja mereka”ujar Fred tegas. Aku sedikit terperanjat mendengarnya. ”Memang diperlukan hal itu untuk menjadikan diri mereka peduli, dan apa adanya”. Aku hanya terus terdiam sambil memandangi Fred. Dia mendongak dan sepertinya ada yang menarik dari langit Manhattan malam ini. Kenyataannya tidak. Polusi merampas porsi kerlip bintang.
”Kau tak perlu melepas kacamata putihmu dan merubah stylemu, kalau kau tidak peduli denganku. Tapi kau melakukannya, dan itu di luar dugaanku. Apa kamu merasakan hal yang sama denganku?”tanya Fred kemudian.
”...merasakan..apa?”tanyaku balik dengan lugunya.
”Giandra bodoh. Lalu sampai kapan, kamu akan menyadari bahwa aku...sebenarnyaa...menyukaimu?”
Aku tersentak. Bengong dan tidak percaya. Namun mata Fred terlihat bersungguh-sungguh, dan selamanya aku ingin melihat mata biru laut itu bercerita bahwa yang dinyatakannya adalah nyata. Dan sekali lagi, matanya tidak bisa berbohong.
Aku tersenyum lega. ”Mungkin sekaranglah aku menyadarinya, bahwa yang kurasakan sama persis dengan yang kamu rasakan. Terimakasih Fred, karena telah menyukaiku......”.
@@@@@@

Mungkin kejadian malam ini akan mengahantui tidurku untuk beberapa tahun ke depan. Ah, nikmati dulu yang ada, Gi, gumamku.
Saat ini aku sedang duduk di atas ’Shanon’ yang dikendarai dengan lihai oleh majikannya. Tapi tidak lama kemudian, deru Shanon mulai melemah dan mati. Aku mulai was-was.
”Gi...?”panggil Fred terlihat ragu-ragu.
“Ya..?”
“Turunlah, Shanon kambuh sakitnya”kata Fred terdengar putus asa.
“Tentu saja, bukannya dia seharusnya di tempat Uncle Brad sekarang?”sindirku.
Sudah kuduga, si vespa butut ‘Shanon’ tidak akan membiarkan aku bersenang-senang dengan majikannya. Dia menuntut.
Fred terlihat mengutak-utik vespanya itu sambil mendumel-dumel. Sementara aku hanya menyaksikannya sambil kadang tertawa kecil.
“Gi, bantu dorong Shanon ya...”pinta Fred memelas.
Aku memutar otakku. Kasihan juga Fred. Lalu Shanon kudorong sekuat tenaga dan Fred mencoba menstarternya. Shanon seperti mengamuk dan kaget. Dia melunjak dan berlari sekencang jet. Tak ketinggalan, Shanon mengeluarkan asap knalpot hitam tebal yang tepat dia sodorkan kepadaku. Asap itu mengotori bajuku. Juga menutupi muka merahku yang luar biasa kesal sementara kulihat Fred hanya nyengir melihat ‘penampilan’ baruku.
Tidak peduli dengan jalan Manhattan yang ramai, demi Tuhan hanya satu kalimat yang aku ingat, dan saat itu langsung aku lolongkan: “PERSEEEEUUUSSSS FRRREEEDDDDDIIIIEEEEEEEEE....!!!!!!!!!!!!!!”

@@@@@@

1 komentar: